Pada prinsipnya kita perlu mengetahui dan menjelaskan sifat dasar
dari musik itu sendiri. Hal yang paling familiar untuk mulai berasumsi
yaitu musik adalah bunyi, ada lagi yang berpendapat bahwa fenomena yang
hubungannya dengan manusia disebut dengan musik. Untuk pendapat yang
kedua ini tentu perlu kiranya kita memahami fenomena manusia seperti apa
yang bisa disebut musik.
Marilah kita bertanya pada diri sendiri, adakah perasaan dimana musik
adalah aktivitas manusia? Jawaban logisnya “ya iya lah”, tanpa ada
bentuk aktivitas manusia, tidak mungkin ada bunyi musikal atau karya
musik yang tercipta. Pendek kata, apa itu musik, pada dasarnya merupakan
aktivitas manusia. Nah, kalau begitu, ketika kita makan adalah musik,
ketika kita naik angkot adalah musik, ketika kita mandi adalah musik,
begitukah?
Dalam kasus pertunjukkanya rekan saya, ataupun setiap produk musikal
yang datangnya dari pikiran, apa yang dipersembahkannya lebih dari
sekedar produk musikal semata, atau sebuah komposisi semata, atau sebuah
improvisasi semata, atau sebuah pertunjukkan semata. Tetapi apa yang
dipersembahkannya merupakan hasil dari sebuah aktivitas manusia yang
mempunyai maksud tertentu. Artinya musik tidak hanya sebuah kumpulan
produk atau objek, tetapi dalam hal ini lebih dipandang sebagai suatu
simbol, lambang, yaitu “mengatakan sesuatu tentang sesuatu”, jadi musik
berhadapan dengan makna dan pesan untuk diresapkan. Makna dan pesan
tersebut bisa dipengaruhi oleh konteks saat manusia berkarya, baik itu
tujuannya, audiensnya dan sebagainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar